![]() |
Foto dari pexels.com: https://www.pexels.com/id-id/foto/roti-makanan-wanita-perempuan-6697284/ |
Apa yang terjadi dengan makanan yang tidak kita habiskan? Salah satu kebiasaan sepele yang sering kita lakukan tanpa berpikir panjang adalah membuang sisa makanan. Mungkin, bagi sebagian dari kita, sisa nasi di piring atau buah di dapur bukanlah hal yang besar. Namun, tahukah kamu bahwa sisa makanan atau yang dikenal dengan food waste berdampak besar pada lingkungan?
Apa itu food waste?
Food waste atau sisa makanan adalah makanan yang sebenarnya masih layak konsumsi namun terbuang begitu saja dan berakhir di tempat sampah. Menurut Food Agriculture Organization (FAO), food waste diartikan sebagai berkurangnya kuantitas atau kualitas makanan akibat keputusan dan tindakan dari pihak ritel, penyedia layanan makanan, serta konsumen.
Masalah food waste ini tidak hanya mencakup pada makanan yang siap dikonsumsi saja dan dibuang tanpa alasan yang jelas, tapi juga mencakup makanan yang sudah kadaluwarsa atau rusak.
Bahan pangan yang masih layak dikonsumsi sering terbuang karena pengolahan yang salah dan perilaku konsumtif yang kurang baik, seperti tidak menghabiskan makanan yang sudah disajikan dan kemudian membuangnya ke tempat sampah, sehingga turut menambah jumlah sampah makanan yang ada.
Mengapa sisa makanan menjadi masalah?
![]() |
Sumber: data.goodstats.id https://data.goodstats.id/statistic/408-sampah-indonesia-merupakan-sampah-makanan-FLLnl |
Sampah sisa makanan di Indonesia juga menjadi perhatian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam laporan Kajian Food Loss and Waste (2021), hasil kerja sama dengan Waste4Change dan World Resources Institute. Penelitian mencatat bahwa antara 2000-2019, sampah sisa makanan mencapai 115-184 kg per kapita per tahun, sebagian besar berasal dari tahap konsumsi.
Jika dikelola dengan baik, sisa makanan ini bisa mencukupi gizi untuk 61-125 juta orang. Dampak ekonominya mencapai 213-551 triliun rupiah per tahun dan berkontribusi sekitar 7,29% terhadap emisi gas rumah kaca. Tanpa tindakan, diperkirakan jumlah sampah sisa makanan akan melonjak menjadi 344 kg per kapita per tahun pada tahun 2045, hampir dua kali lipat dari dua dekade terakhir.
Dampak lingkungan dari food waste juga sangat berbahaya. Ketika sisa makanan di buang dan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), maka dapat menghasilkan gas metana, yaitu gas yang lebih berbahaya dari karbondioksida, di mana gas ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan bumi. Saat terlepas ke atmosfer, gas tersebut dapat merusak lapisan ozon. Padahal lapisan ozon memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika suhu kestabilan terganggu, maka dapat menyebabkan pemanasan global yang memiliki dampak serius, seperti peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di daerah kutub yang berisiko menenggelamkan daerah pesisir dan meningkatkan kemungkinan terjadinya banjir.
Emisi gas rumah kaca yang berasal dari limbah makanan juga kian memperburuk masalah perubahan iklim. Limbah makanan menyumbang sekitar 8-10 persen dari total emisi karbon yang mendorong pemanasan global yang dapat menciptakan siklus berbahaya di mana perubahan iklim mengurangi hasil pertanian, dan justru meningkatkan jumlah food waste. Oleh karena itu, mengatasi food waste tidak hanya penting untuk mengurangi limbah, tetapi juga merupakan langkah untuk melawan perubahan iklim dan menjaga kesehatan lingkungan.
Bagaimana caranya untuk mengatasi food waste?
Untuk meminimalisir terbentuknya sampah makanan atau food waste, Greeners dapat menerapkan cara-cara berikut ini:
1. Memiliki rencana belanja
Sebelum pergi belanja kebutuhan di supermarket atau pasar, sebaiknya buat daftar belanja sesuai kebutuhan untuk menghindari belanja impulsif. Buat rencana menu yang kan disiapkan untuk beberapa hari ke depan untuk membantu memastikan bahwa bahan makanan akan digunakan sepenuhnya dan menghindari pemborosan.
2. Simpan Makanan dengan Benar
Pelajari cara menyimpan bahan makanan yang baik agar lebih awet. Misalnya, simpan buah dan sayuran di kulkas sesuai jenisnya atau gunakan wadah kedap udara. Penyimpanan yang tepat bisa menghindari makanan cepat busuk.
3. Kreatif dalam Mengolah Sisa Makanan
Cobalah olah sisa makanan atau bahan yang tidak habis jadi menu baru. Misalnya, sisa nasi bisa dijadikan nasi goreng atau bubur, atau sayuran yang layu dapat diolah menjadi sup atau smoothie. Tujuannya agar bahan pangan tetap terpakai.
4. Kompos untuk Limbah Organik
Jika ada sisa makanan yang memang tidak bisa dimakan lagi, maka bisa dijadikan kompos untuk tanaman di rumah. Sehingga sisa makanan tidak terbuang sia-sia, dan dapat mendukung kesehatan tanah dan tanaman.
Sumber referensi:
- https://data.goodstats.id/statistic/408-sampah-indonesia-merupakan-sampah-makanan-FLLnl
- https://savethechildren.or.id/artikel/krisis-iklim-sisa-makanan-pengaruhi-pemanasan-global
- https://ppm-manajemen.ac.id/makan-tak-habis-bumi-menangis-mengelola-food-waste-di-indonesia/
- https://www.medcom.id/gaya/community/zNAQdAvN-fao-ungkap-food-waste-di-indonesia-tinggi-begini-cara-kurangi-sampah-makanan
- https://gaya.tempo.co/read/1830981/mengenal-apa-itu-food-waste-dampak-dan-cara-menguranginya